a

Marak Perundungan di Sekolah, Lisda Usulkan Langkah Antisipasi

Marak Perundungan di Sekolah, Lisda Usulkan Langkah Antisipasi

JAKARTA (24 Juni): Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Lisda Hendrajoni, prihatin dengan maraknya kasus perundungan (bullying) di lingkungan sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatra Barat (Sumbar).

“Kita sangat prihatin terhadap kondisi anak-anak kita yang terjadi baru-baru ini di Pesisir Selatan, baik mereka sebagai korban bullying maupun pelaku bullying. Hal ini harus menjadi perhatian serius kita bersama,” ujar Lisda di Padang, Sumbar, Minggu (23/6).

Sebelumnya, kasus perundungan terjadi di lingkungan sebuah MTSN di Pessel. Video perundungan antarsiswa tersebut viral di media sosial dan memantik reaksi banyak pihak.

Tidak hanya bagi korban, menurut Lisda, dampak buruk juga bakal mengenai siswa di lingkungan sekolah yang turut menyaksikan kejadian bullying namun tidak bisa berbuat apa-apa.

“Lebih sedih lagi, anak-anak  melihat kejadian itu, namun mereka tidak berani membela korban,” tandasnya.

Lisda khawatir kasus-kasus serupa mungkin telah terjadi sebelumnya di sejumlah daerah, namun masyarakat tidak menyadarinya.

“Ini, kan, viral setelah diupload ke media sosial. Jangan-jangan dulu sudah ada juga, tapi kita yang tidak tahu. Jadi, kita sangat berharap agar kasus ini segera mendapatkan solusi terbaik agar tidak terulang lagi di kemudian hari,” ujarnya.

Legislator dari dapil Sumbar I (Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, Sijunjung, Tanah Datar, Kepulauan Mentawai, Dharmasraya, Solok Selatan, Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawahlunto, dan Kota Padangpanjang) ini mengapresiasi kepolisian yang telah bergerak cepat menangani kasus tersebut.

“Ini menunjukkan komitmen mereka dalam menegakkan hukum dan melindungi anak-anak kita dari tindakan kekerasan dan perundungan,” ujarnya.

Sebagai solusi terjadinya perundungan di sekolah, Lisda mengusulkan beberapa langkah konkret. Pertama, meningkatkn pendidikan karakter yang harus menjadi bagian dari kurikulum. Kedua, diperlukan pelatihan berkala bagi guru-guru dalam manajemen kelas dan penyelesaian konflik.

“Guru harus dibekali dengan keterampilan yang memadai untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif,” katanya.

Ketiga, lanjut Lisda, adalah pentingnya kehadiran konselor sekolah yang aktif. Setiap sekolah harus memiliki konselor yang dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa, baik yang mengalami masalah maupun yang berpotensi menimbulkan masalah.

“Konselor harus proaktif dalam mengidentifikasi dan menangani masalah siswa sejak dini,” lanjutnya.

Keempat, Lisda mengusulkan program kerja sama antara sekolah dan orang tua, seperti seminar parenting dan kelompok diskusi untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka.

Menurut Lisda, orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak dan harus bekerja sama erat dengan guru untuk memastikan anak-anak tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik.

Kelima, Lisda menekankan pentingnya pengawasan ketat dan penegakan disiplin di lingkungan sekolah. Ia mengusulkan pembentukan tim khusus di sekolah-sekolah yang bertugas untuk mengawasi perilaku siswa dan memastikan tidak ada perundungan atau kekerasan yang terjadi.

“Sekolah harus memiliki sistem pengawasan yang efektif untuk mencegah dan menangani kasus perundungan,” ujarnya.

Lisda berharap, dengan solusi-solusi tersebut kedepannya kasus serupa dapat dicegah dan lingkungan pendidikan menjadi lebih aman dan kondusif bagi semua siswa.

“Ini benar-benar kita mulai dari rumah, bagaimana anak-anak kita ini diberikan pemahaman, ikut menjadi lebih baik. Kita semua harus berperan aktif dalam membentuk generasi yang berkarakter baik, mulai dari rumah hingga sekolah,” tukas Lisda.

(dis/*)

Add Comment