Sosialisasi ini diikuti ratusan warga masyarakat Sorong. Mereka diberikan pengetahuan terkait olahan sagu sebagai bahan pangan yang bisa menggantikan beras dan tepung terigu.

“Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat tahu bagaimana cara mengolah sagu. Malah sesungguhnya, dengan pelatihan ini, kita bisa memperkenalkan sagu secara nasional, atau bahkan pasar global,” ujar Rico.

Legislator NasDem dari dapil Papua Barat ini menambahkan, bahan baku sagu cukup mudah ditemui di Papua. Namun, selama ini pemanfaatannya belum maksimal.

“Bahan bakunya selalu ada dan tersedia di sekitar kita. Selain bisa dibuat papeda, ada inovasi baru yang dikembangkan saat ini, yaitu sagu dibuat jadi beras, tepung, mi dan sebagainya,” tandasnya.

Lebih lanjut legislator yang akan kembali bertarung di Pileg 2024 dari dapil Papua Barat Daya ini menegaskan, pemaksimalan pemanfaatan sagu ini sebagai dukungan terhadap ketahanan pangan dan menghadapi krisis pangan dunia.

“Saya berharap ini bisa menjadi produk unggulan UMKM ke depannya, dan memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat,” pungkasnya.

(sonia/dis/*)

Sekitar 200 warga Raja Ampat menjadi peserta sosialisasi tersebut. Mereka diberikan pengetahuan mengenai pengelolaan rumput laut.

“Potensi sumber daya khususnya rumput laut, sangat besar di sini. Untuk itu, kami berkomitmen bersama BRIN memberikan pengetahuan untuk pengelolaan rumput laut,” ujar Legislator NasDem dari Dapil Papua Barat itu.

Instruktur yang sudah berpengalaman didatangkan untuk memaksimalkan potensi rumput laut. Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan nilai jual rumput laut dengan berbagai pengolahan.

“Sehingga ke depan produk ini bisa dipasarkan dan punya nilai ekonomi. Diharapkan masyarakat mengikuti pelatihan dengan baik, agar setelah ini ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat dan meningkatkan perekonomian,” tukas Rico.

(sonia/dis/*)

“Karena kita sadar betul bahwa bangsa yang akan maju adalah bangsa yang memang mendorong habis-habisan kemajuan riset,” ujat Sugeng saat memimpin Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8).

Legislator NasDem itu menilai riset yang maju adalah bagian penting bagi kemajuan bangsa Indonesia. Sugeng bahkan mengatakan, sebuah negara harus mau mengorbankan hingga sekian persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) nya untuk riset.

Komisi VII DPR RI juga mengapresiasi capaian opini WTP (wajar tanpa pengecualian) yang diterima BRIN dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) selama lima tahun berturut-turut, meski tahun lalu BRIN sempat mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP).

Komisi VII DPR juga minta penjelasan laporan pertanggungjawaban tahun 2022 dari BRIN. BRIN diminta untuk menindaklanjuti dan memperbaiki hasil temuan dari BPK. (dpr.go.id/*)

Pelatihan yang diikuti ratusan pegiat UMKM itu diadakan di Waisai, Raja Ampat, Papua Barat Daya, Sabtu (29/7).

Rico mengatakan, pelatihan di Raja Ampat ini merupakan bagian dari beberapa pelatihan yang digelar di Provinsi Papua Barat Daya. Pelatihan-pelatihan ini terus digalakkan guna meningkatkan pengetahuan dan inovasi para pegiat UMKM.

“Pelatihan yang diikuti ratusan peserta ini menggandeng BRIN. Diharapkan dapat memberikan pelatihan mengolah ikan bagi calon pengusaha muda, untuk mengolah beragam produk dan mendatangkan nilai ekonomi,” ujar Rico.

Legislator dari Dapil Papua Barat ini berharap, ke depan para pegiat UMKM dapat menerapkan pengetahuan yang mereka dapat untuk mengembangkan bisnis.

“Seluruh peserta yang hadir dapat menerapkan ilmu yang diberikan untuk mengolah bahan dasar ikan itu lebih kreatif lagi,” tukas Rico.

(sonia/dis/*)

Pelatihan ini diperlukan untuk memberikan nilai tambah pada beragam produk usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Dengan meningkatkan nilai tambah produk makanan milik UMKM, maka akan memperluas daerah pemasaran sehingga, UMKM bisa lebih berkembang,” kata Rian, Jumat (28/7).

Menurut Rian, salah satu rahasia produk makanan untuk sukses adalah kemasan yang menarik. Selain rasa dan kualitas makanan, tampilan produk yang menarik akan semakin menarik minat konsumen.

“Terkadang produk kita bagus tapi kemasannya kurang menarik, akhirnya tidak menarik minat calon pembeli. Harusnya tidak hanya produk yang bagus, tetapi kemasannya juga bagus, unik dan menarik, agar mudah dilirik dan akhirnya dibeli konsumen,” ujarnya.

Terlebih, lanjut Rian, pada era sekarang bisnis makanan banyak dipasarkan melalui media sosial. Untuk itu, kemasan yang menarik menjadi kunci dari sebuah produk.

Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat) itu juga menyarankan pelaku UMKM untuk memperhatikan pemasaran produk. Persaingan yang ketat antarproduk perlu menjadi pertimbangan.

“Harapannya, forum ini dapat menjadi titik awal bagaimana pelaku UMKM bisa bersaing dengan perusahaan besar di industri ini,” tandasnya.

Lebih lanjut Rian mengapresiasi BRIN yang telah memberikan kontribusi dengan melakukan riset dan inovasi dan hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Teknologi pengemasan bisa dimanfaatkan pada produk makanan agar makanan bisa bertahan lebih lama sehingga bisa dipasarkan secara global.

“Ini adalah bentuk kegiatan nyata yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat. Pelatihan pengemasan makanan ini diharapkan meningkatkan nilai tambah produk makanan milik UMKM,” pungkasnya.

Kegiatan pelatihan kerja sama Rian dengan BRIN juga diselenggarakan di Bandung Barat selama empat hari dari 25-28 Juli di empat titik. Selain pelatihan teknik desain label kemasan, juga ada pelatihan bisnis manajemen untuk UMKM, pelatihan pengolahan sayuran, dan manajemen bisnis untuk UMKM.(dis/*)

“Manajemen bisnis sangat penting dalam menjalankan suatu bisnis, sebab ini terkait dengan bagaimana mengembangkan dan meningkatkan omzet. Selain itu, juga bisa berdampak baik kepada masyarakat sekitar,” kata Rian di hadapan sekitar 200 pegiat UMKM yang menjadi peserta pelatihan.

Rian menjelaskan beberapa pelatihan yang diperlukan pelaku UMKM. Di antaranya, business mindset leadership, wawasan mengubah produk menjadi lebih menarik, analisis konsumen, penjualan dan pemasaran, hingga menjaga loyalitas konsumen. Ia meyakini para peserta akan mendapatkan manfaat dari pelatihan itu.

“Oleh karena itu, pelaku UMKM di KBB dapat memanfaatkan serta mengaplikasikan semua ilmu dan fasilitas yang telah diberikan,” tandasnya.

Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat) itu mengapresisi BRIN yang ikut mendorong penguatan UMKM di KBB.

“Kami yakin para periset BRIN juga mendapatkan manfaat yang sama, di mana mereka dapat mengetahui problem yang terjadi di tengah masyarakat. Acara seperti ini merupakan kolaborasi yang sama-sama menguntungkan,” ujarnya.

Ke depan Rian berharap BRIN ikut memfasilitasi para pelaku UMKM. Tidak hanya dalam pelatihan, namun juga memfasilitasi kebutuhan UMKM. Seperti pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB), Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), hingga sertifikasi halal.

“Tidak sedikit pelaku UMKM yang enggan mendapat NIB, PIRT, dan sertifikat halal, karena berbagai alasan. Salah satunya kurang paham pentingnya legalitas usaha itu,” ungkapnya.

Ia juga berharap adanya pemaksimalan hasil riset BRIN. Hasil riset tidak boleh hanya berhenti menjadi jurnal atau disimpan di laboratorium.

“Hasil riset itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, baik masyarakat industri maupun pelaku UMKM. Produk UMKM itu sangat potensial untuk dikembangkan dengan sentuhan hasil riset,” pungkas Rian.

(dis/*)

“Mampu memproduksi hal-hal yang baik, konsep, barang, maupun sistem yang betul-betul kelihatan hasilnya,” ujar Sugeng dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto dan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Aris Marfai, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/6).

Legislator NasDem itu juga berharap, BRIN dapat melakukan kerja sama dengan berbagai institusi yang relevan untuk pemenuhan kebutuhan umat manusia saat ini dan masa depan.

“Kita tahu ini akan krisis pangan, energi dan air. Khususnya kita ingin mendengar kerja sama dengan MIT (Massachusetts Institute of Technology), dengan Tesla, dengan apa yang memang sekarang bukan sekadar populer, karena memang produk-produknya menyangkut tentang masa depan,” imbuh Sugeng.

Untuk itu, tambah Sugeng, BRIN harus dapat memanfaatkan sisa anggaran tahun 2022 dengan baik, agar mampu menunjukkan kinerja dan produk-produk yang diakui masyarakat dunia. Sehingga, kinerja BRIN dapat membanggakan Indonesia.

“Masih ada tahun anggaran ini, dimanfaatkan sebesar-besarnya sisa anggaran untuk hal-hal yang memang mampu menunjukkan kinerja BRIN dan produk-produknya yang memang diakui masyarakat dan juga masyarakat dunia,” tukas Legislator NasDem dari Dapil Jawa Tengah VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas) itu.

Diketahui, pagu anggaran tahun 2022 BRIN sebesar Rp5,8 triliun. Hingga 6 Juni 2022 realisasi anggaran telah mencapai 49,07%  yakni sebesar Rp2,8 triliun. (dpr.go.id/*)

“Kalau dari segi ilmiah saya kira apa yang sudah dilakukan oleh para peneliti dan ahli bidang Teknologi dan Modifikasi Cuaca (TMC) dari BRIN sudah sangat tepat,” kata Arkanata Akram kepada nasdem.id, Senin (21/3).

Anggota DPR RI dari Dapil Kalimantan Utara (Kaltara) itu menambahkan, peran dari 15 personel Laboratorium Pengelolaan TMC dan Sekretariat Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi dalam menjalankan tugas negara patut diapresiasi. Pasalnya, tim tersebut selalu bergerak memburu setiap pertumbuhan awan potensial hujan yang dipantau melalui radar cuaca.

“Dengan mengawasi perkembangan awan berpotensi hujan, kemudian dilakukan antisipasi-antisipasi seperti mempercepat dan mengarahkan potensi-potensi kejadian hujan melalui metode yang sudah dikembangkan oleh Tim TMC tersebut, secara teori memang dapat mencegah risiko cuaca ekstrim ketika proses balapan Moto GP sedang berlangsung,” sambung dia.

Ketua Pembina Garda Pemuda NasDem Kaltara itu melanjutkan, upaya tersebut apabila dipandang dari segi kehormatan negara dapat meningkatkan martabat negara. Upaya tersebut kata dia juga telah banyak diaplikasikan untuk tujuan mitigasi banjir ataupun pengamanan pembangunan infrastuktur nasional dan sejumlah acara kenegaraan yang diselenggarakan di luar ruangan.

“Saya kira scientific innovations tersebut senantiasa dibutuhkan untuk kelancaran proses kegiatan Moto GP,” sambung dia.

Lebih jauh, lulusan magister Teknik Kimia di Universitas Queensland, Australia itu menuturkan sebagai lembaga yang membidani lahirnya berbagai terobosan baru di masyarakat itu diharapkan BRIN dapat menjadi garda terdepan dalam melahirkan berbagai solusi terhadap tantangan ke depan.

“Tentu saja sangat diharapkan sekali oleh masyarakat luas agar BRIN sebagai sebuah institusi besar yang mendasari inovasi, kreativitas, ilmu, dan riset NKRI untuk menjadi vanguard dalam solusi-solusi inovasi ilmiah dalam menghadapi berbagai permasalahan negara,” kata dia.

Akan tetapi, lebih dalam lagi sebagai anggota DPR RI dari komisi VII yang membidangi ESDM, Perindustrian, Riset, Inovasi, dan Teknologi, Arkanata menghimbau agar BRIN lebih mengutamakan produk-produk dan desain bangsa sendiri dalam hal-hal terkait pelaksanaan-pelaksanaan solusi-solusi yang inovatif.

“Yang saya maksud, kenapa harus pakai pesawat CASA 212-200 yang dibuat dan didesain oleh perusahaan penerbangan CASA dari Spanyol? Padahal LAPAN yang sekarang menjadi bagian BRIN sudah memiliki dan memproduksi pesawat sendiri yaitu pesawat N219,” kata dia.

Kemudian Arkanata juga mempertanyakan apakah bibit kimia untuk hujan buatan tersebut memiliki bahan baku dari Indonesia dan dibuat di Indonesia. Karena bahan-bahan baku kimia untuk hujan artifisial itu kata dia cukup sulit, sama sulitnya dengan membuat liquid propellant untuk roket yang mana liquid propellant roket-roket buatan indonesia masih impor.

“Dalam hal ini, saya tidak akan pernah meragukan kemampuan SDM peneliti Indonesia yang ada di BRIN ataupun di luar BRIN, karena secara intellectual capacity, creativity, experience, dan overall skills, para peneliti dan ahli kita sangat hebat dan sangat mampu bersaing secara internasional,” ujarnya.

Arkanata pun menghimbau kepada BRIN agar dapat lebih meningkatkan kemampuan budgeting dan organizational leadership. Pasalnya kata dia dibutuhkan kemampuan pemanfaatan anggaran yang baik dan comprehensive leadership agar dapat memanfaatkan, memfasilitasi, dan menciptakan infrastruktur inovasi serta riset secara maksimal untuk menciptakan scientific growth para peneliti dan ahli dari Indonesia.

“Karena yang dibutuhkan Indonesia, masyarakatnya, para peneliti, akademisi, dan ahli, itu adalah sebuah iklim riset dan inovasi yang mendukung kapasitas intelektual mereka,” ucapnya.

Selain itu dia juga membahas bahwa sebetulnya Indonesia sudah memiliki drone produksi sendiri. Dia pun mendorong agar hasil buatan Indonesia lebih dapat dikedepankan dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. Apalagi kata dia produk-produk tersebut sering dipaparkan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama DPR RI.

Sebelumnya heboh aksi Rara Istiani Wulandari yang disebut sebagai Pawang Hujan di MotoGP Mandalika 2022 hingga menyedot perhatian dunia. Selama berlangsungnya gelaran balap motor dunia itu Mbak Rara biasa dia disapa dikabarkan dapat tugas menjaga kondisi cuaca agar tidak turun hujan lebat serta menjaga suhu udara agar tidak terlalu menyengat. (WH)

Kelompok yang mendapat paket bantuan tersebut adalah Amuke, Dimbers dan Tani Gemilang. Kelompok pembudidaya tersebut masing-masing mendapatkan satu unit sistem bioflok, 1.250 bibit ikan lele, 62,5 Kg pakan ikan, dan 10 pcs vitamin.

Bantuan yang merupakan usulan Rico Sia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu diserahkan dua Tenaga Ahli (TA) Rico Sia di DPR RI yakni Semarga Kebibe dan Hikmah Istigfarina bersama Ketua Rumah Aspirasi Rico Sia Papua Barat, Hartini Destiayu Dumayang.

Dalam keterangan tertulisnya, Rico Sia mengatakan di masa pandemi Covid-19, berbagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat terus digalakkan, di antaranya lewat bantuan kepada para petani dan pembudidaya ikan.

“Pandemi ini berdampak ke berbagai macam sektor, termasuk sektor perdagangan dan pertanian. Untuk itu dalam kesempatan menyambut tahun baru, tentu akan muncul harapan baru untuk tetap optimistis dengan produktivitas para petani pembudidaya ikan lele,” ujar Rico.

Legislator NasDem dari Dapil Papua Barat itu menegaskan bahwa sektor yang paling bisa diandalkan di tengah pandemi Covid-19, tak lain adalah sektor pertanian. Sehingga ia bertekad ingin terus menjadi bagian dari komponen yang turut memulihkan perekenomian lokal ataupun nasional.

“Permasalahan utama yang dihadapi petani sekarang salah satunya adalah susahnya menjual hasil tani dengan harga yang wajar. Ini keluhan dari petani, padahal di sisi lain budidaya ikan lele bisa menjadi alternatif untuk menikmati ikan nonlaut di Papua Barat,” tandasnya.

Rico menjelaskan, bantuan kepada pembudidaya ikan di Papua Barat akan terus diberikan. Bantuan selanjutnya akan diberikan kepada lima kelompok pembudidaya ikan, yakni Kelompok Budidaya Ikan Fasin di Kampung Ween, Distrik Sawiat, Sorong Selatan; kemudian Fajar di kampung Wamesa, Distrik Andai, Manokwari; lalu Tekad Maju di Kampung Prafi Mulya, Distrik Prafi, Manokwari; Dimbor di Distrik Fakfak Timur, Fakfak serta Nasrit’di Kampung Wernas, Sorong Selatan.

Ketua kelompok Dimbers di Kepulauan Doom, Salena Yenni Papera menyampaikan terima kasih kepada Rico Sia atas bantuan dan perhatian yang diberikan. Dengan bantuan tersebut Yenni dan kelompoknya optimistis dapat mengembangkan dan meningkatkan kapasitas usaha budidaya ikan mereka.

“Dengan dukungan dan bimbingan yang terus diberikan Bapak Rico Sia kepada kami, kami yakin usaha budidaya ikan kami akan menghasilkan ikan dengan jumlah yang lebih banyak lagi sehingga dapat membantu perekonomian seluruh anggota. Terima kasih Bapak Rico Sia dan semua tim,” tutupnya.

(Sonia/Dis/*)

Anggota Komisi VII DPR RI itu menerangkan, bantuan tersebut merupakan hasil kerjasama pihaknya bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Republik Indonesia serta anggota Fraksi NasDem DPRD Kota Tarakan.

“Pembagian bantuan Alat Pengusir Ikan dan Hama Rumput Laut dari program inovasi masyarakat oleh BRIN yang difasilitasi oleh saya dan Anggota DPRD NasDem Kota Tarakan kepada kelompok nelayan setempat di Tarakan, Kalimantan Utara,” kata Arkanata melalui keterangan tertulisnya.

Arkanata melihat kegiatan budidaya rumput laut yang saat ini terus berkembang menjadi potensi sangat besar dalam memberikan penghasilan di kalangan masyarakat pesisir.

Menurut Arkanata, sebagian besar wilayah desa pesisir yang ada di Indonesia menjadikan budidaya rumput laut sebagai penopang utama perekonomian masyarakat pesisir. Untuk itu dia berharap pendistribusian bantuan itu dapat memaksimalkan potensi warga.

“Pembagian alat inovatif ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil panen rumput laut bagi nelayan dengan menggunakan teknologi dan meningkatkan budidaya rumput laut di Kalimantan Utara dengan cara yang ramah lingkungan, karena tidak memakai bahan kimia yang bisa menyebabkan polusi perairan laut,” tambah dia.

Arkanata pun mengajak para nelayan untuk bisa memanfaatkan bantuan alat tersebut dengan sebaik-baiknya. Apalagi menurut dia Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut terbesar di dunia yang menjadi salah satu unggulan dan primadona komoditas budidaya laut di Indonesia.

“Saya berharap agar para nelayan dapat memanfaatkan bantuan ini dengan tepat untuk kebutuhan budidaya rumput laut sehingga produksi rumput laut dari Kalimantan Utara bisa terus meningkat,” pungkas dia.

(WH)

Kegiatan yang terlaksana melalui usulan Rico Sia itu dilakukan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kegiatan tersebut menyasar daerah-daerah di Papua Barat yang menerapkan perikanan budidaya bioflok.

“Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada mitra Komisi VII DPR yaitu BRIN yang telah merealisasikan sejumlah program untuk masyarakat Papua Barat. Dalam situasi pandemi seperti ini masyarakat membutuhkan dukungan alat kesehatan (ventilator) serta dukungan aktivitas nelayan untuk melaut yaitu fish finder (pencari ikan),” ujar Rico Sia dalam keterangan tertulisnya.

Legislator NasDem dari Dapil Papua Barat itu menambahkan, efek pandemi juga menuntut semua elemen untuk segera mendukung penuh pemulihan perekonomian. Dalam hal ini dukungan sangat diperlukan bagi petani budidaya ikan lele agar bisa berproduksi dan berkontribusi dalam memulihkan perekonomian lokal bahkan nasional.

“Melalui Bakti Inovasi itu diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya memenuhi kebutuhan pangan dengan melakukan budidaya ikan air tawar oleh masyarakat di Papua Barat. Kegiatan ini sangat bermanfaat, dan saya berupaya terus mendukung kegiatan Bakti Inovasi teknologi ini, sehingga lebih banyak masyarakat yang mendapatkan informasi maupun manfaat penerapan dan alih teknologi yang telah dihasilkan,” kata Rico.

Kepala Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Dudi Iskandar secara virtual mengapresiasi kinerja anggota Komisi VII DPR RI, Rico Sia yang bersedia mengadakan Bakti Inovasi Penerapan Teknologi Perikanan Budidaya Sistem Bioflok di Kota Sorong.
Menurutnya, kegiatan Bakti Inovasi merupakan rangkaian seluruh kegiatan Bakti Inovasi yang dilakukan BRIN melalui beberapa organisasi riset yang ada di dalam BRIN.

“Kegiatan Bakti Inovasi ini sudah berlangsung lama. Berbagai inovasi dilakukan untuk membantu masyarakat meningkatkan produktivitas, meningkatkan hasil pertanian, peternakan ikan di seluruh daerah. Terima kasih bapak Rico, melalui aspirasi bapak kami bisa melaksanakan kegiatan ini di Kota Sorong,” tandasnya.

Dalam kegiatan tersebut, tenaga ahli Rico Sia, Semarga Kebibe bersama BRIN menyerahkan bantuan teknologi kesehatan berupa alat ventilator yang akan diberikan kepada RSUD Raja Ampat dan Fakfak, penyerahan 10.000 benih ikan, 500 kilogram pakan ikan, dua unit mesin blower, 10 set kolam terpal bioflok, serta penyampaian bimbingan singkat penggunaan alat fish finder yang diberikan kepada kelompok nelayan di Sorong.(RO/Sonia/*)