Gerakan Restorasi Indonesia – Partai NasDem https://partainasdem.id Website Resmi DPP Partai NasDem Mon, 29 Nov 2021 07:13:25 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8 https://partainasdem.id/wp-content/uploads/2021/04/logo-nasdem2-150x150.jpg Gerakan Restorasi Indonesia – Partai NasDem https://partainasdem.id 32 32 Gerakan Restorasi Indonesia Harus Dipahami dan Dilaksanakan https://partainasdem.id/2021/11/29/gerakan-restorasi-indonesia-harus-dipahami-dan-dilaksanakan/ https://partainasdem.id/2021/11/29/gerakan-restorasi-indonesia-harus-dipahami-dan-dilaksanakan/#respond Mon, 29 Nov 2021 07:13:25 +0000 https://nasdem.id/?p=33195 POSO (29 November): Ketua DPW Partai NasDem Sulawesi Tengah (Sulteng), Atha Mahmud, meminta kader NasDem Kabupaten Poso untuk dapat menempatkan Bupati dr. Verna Gladies Merry Inkiriwang sebagai sosok Malahayati dalam memulihkan nilai-nilai persaudaraan dan gotong royong di Bumi Sintuvu Maroso.

Permintaan itu disampaikan Atha secara khusus saat memberikan pidato pembukaan dalam Rapat Kordinasi Khusus (Rakorsus) dan Pendidikan Politik DPD Partai NasDem Kabupaten Poso, yang berlangsung Senin (29/11).

“NasDem harus bisa menempatkan Bupati dr. Verna Gladies Merry Inkiriwang sebagai sosok Malahayati, terdepan untuk memulihkan nilai-nilai persaudaraan, gotong royong, sebuah kehidupan yang Mosintuwu Kita Maroso,” kata Atha.

Disebutkan, selama ini NasDem juga memiliki spirit Gerakan Perubahan yang senada dan seirama dengan cara bekerja Bupati Poso dr. Verna Gladies Merry Inkriwang. Spirit tersebut secara nyata dapat dirasakan masyarakat.

“Bahwa kepemimpinan perempuan dalam kondisi sosiologis yang kompleks seperti Poso ini, NasDem harus mampu menunjukan dukungan yang kongkrit,” tambah Atha.

Partai NasDem, menurut Atha, merupakan mitra komperhensif dan paling sempurna untuk duduk bersinergi dalam rangka mewujudkan Poso yang terdepan, aman, maju dan sejahtera.

Selain itu, dalam pidatonya Atha juga mengingatkan kepada seluruh kader NasDem bahwa politik memang tidak bisa dipisahkan dari sebuah kepentingan jangka pendek. Namun, menurut dia, hal tersebut harus bisa disikapi dengan bijaksana.

“Seringkali kita diperhadapkan dengan kebutuhan-kebutuhan pragmatis. Pada saat yang genting semacam itu, godaan untuk berbuat curang, khianat, oportunis, pragmatis, menjadi sulit ditepiskan,” terang dia.

Atha meyakini dalam kerangka dan situasi itulah, pemahaman utuh tentang apa itu Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia mesti dipahami dan dilaksanakan.

“Saya tidak bilang bahwa semua orang di Partai ini harus suci putih seperti malaikat. Tidak pula saya mengatakan bahwa kita harus hitam pekat seperti belut,” kata dia.

Masih kata Atha, citra politik NasDem merupakan gagasan jangka panjang. Tujuannya menurut Atha bukan lagi sekadar merebut kekuasaan atau mendapatkan kursi, atau memiliki Bupati dan Wakil Bupati, Gubernur dan Wakil Gubernur. Melainkan menjaga marwah politik dan kepemimpinan di negara ini.

“NasDem itu memiliki tugas sejarah yang amat besar. Sebuah tugas lebih suci dari sekedar menanamkan politik tanpa mahar. Tugas besar itu adalah memulihkan Indonesia, kembali ke Cita-cita Awal Proklamasi,” tutup Atha.

(WH)

]]>
https://partainasdem.id/2021/11/29/gerakan-restorasi-indonesia-harus-dipahami-dan-dilaksanakan/feed/ 0
Nation and Character Re-Building: Watak Baru Gerakan Restorasi Indonesia https://partainasdem.id/2021/11/15/nation-and-character-re-building-watak-baru-gerakan-restorasi-indonesia/ https://partainasdem.id/2021/11/15/nation-and-character-re-building-watak-baru-gerakan-restorasi-indonesia/#respond Mon, 15 Nov 2021 03:15:38 +0000 https://nasdem.id/?p=32631 Oleh Prananda Surya Paloh
Ketua Garda Pemuda NasDem, Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem

HAMPIR 60 tahun lalu, Presiden Soekarno dalam pidatonya di Istana Negara menyerukan character building. Bagi Bung Besar, tugas revolusi belum selesai karena masih harus membangun bangsa dari kemerosotan kolonial untuk menjadi bangsa yang berjiwa yang dapat dan mampu menghadapi semua tantangan.

Dalam rangka refleksi 10 tahun Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia, agenda perubahan harus senantiasa tersambung dengan spirit founding fathers dan senantiasa tekun belajar atas segala kegagalan dan kemunduran akibat kesalahan kita sendiri.

Selama 350 tahun menjadi bangsa terjajah, 32 tahun menjadi bangsa yang terkungkung otoritarianisme, dan 23 tahun mengupayakan reformasi yang tidak pernah tuntas lebih dari cukup untuk menjadikan bangsa ini bangkit membangun kembali bangsa dan karakter bangsanya.

Miopi sejarah

Banyak pemikir(an) menyatakan bahwa abad XXII ialah abad Asia, setidaknya ditunjukkan oleh gerak maju Asia terutama India dan China. Lalu Indonesia yang memiliki demografi ke-4 terbesar dunia idealnya juga mampu menjadi pemain utama di gelanggang utama peradaban dunia.

Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya Arus Balik sudah mengingatkan kita tentang berbaliknya arus peradaban dari ‘selatan ke utara’ menjadi dari ‘utara ke selatan’. Kegagalan kita dalam mengelola kekuatan diri akhirnya harus dibayar dengan kemunduran peradaban yang membutuhkan ratusan tahun untuk menebusnya kembali.

Mengapa kita pernah gagal dalam mengelola diri? Karena kita lupa pada jati diri kita sebagai bumiputera. Apa yang dilakukan bangsa Eropa ketika mengalami kebangkitan (renaissance) dari abad kegelapan? Mereka menggali kembali nilai-nilai luhur, keilmuan, dan tradisi yang berkembang di Yunani, Romawi, bahkan Arab.

Gelombang besar akal budi menyapu rata hampir semua daratan Eropa dari abad 11-13 yang ditandai dengan perhatian kembali kesusastraan klasik, berkembangnya kesenian dan kesusastraan baru, serta mulai dibangunnya dasar-dasar ilmu pengetahuan modern dengan lahirnya beberapa universitas, seperti Sorbonne di Prancis, Bologna di Italia, Salamanca di Spanyol.

Bahwa Nusantara yang kita konsepsikan sebagai Indonesia pada masa lampau menyimpan khazanah dan perbendaharaan ilmu yang tidak terbatas. Manuskrip, pupuh, candi, dan prasasti yang diwariskan leluhur Nusantara ialah portal wawasan yang akan menghubungkan generasi bumiputera kontemporer dengan khazanah keilmuan klasik khas Nusantara.

Semakin kuat kita terhubung dengan keluhuran para leluhur semakin luas bentangan panorama masa depan kita. Jika Bung Karno mampu menggali Pancasila dari bumi Nusantara, tugas kita sebagai kaum muda menggali lebih dalam spirit kebangsaan dari perbendaharaan sejarah Nusantara.

Dengan demikian, kita terhindar dari miopi sejarah yang pandangan kesejarahannya sangat pendek hingga menumpulkan visi kita terhadap kejatidirian Indonesia di masa depan. Pada kelanjutannya, Indonesia akan memiliki generasi muda yang melek kecenderungan terbaru dari teknologi mutakhir, tapi tidak tercerabut dari jati dirinya sebagai bumiputera.

Bukankah Restorasi Meiji di Jepang memberi kita pelajaran bahwa para elite politik, birokrasi, pemuda, intelektual, dan masyarakat umum mampu mengombinasikan ideologi Tenno dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknnologi Barat yang bersifat scientific thinking dan scientific knowledge.

Indonesia dalam tantangan zaman

Kebangkitan suatu bangsa selalu diawali dengan perubahan/pergerakan yang merupakan kerja kolosal seluruh elemen bangsa. Apa pun model perubahannya, baik itu reformasi, restorasi, maupun revolusi.

Ketika dunia diguncang pandemi flu spanyol pada 1910, saat bersamaan di belahan bumi Eropa berkecamuk Perang Dunia I yang melahirkan keseimbangan baru dalam tatanan politik global. Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia saat ini bisa menjadi momentum pembangunan kembali kekuatan diri bangsa. Konsep Noto Nagoro yang selama ini dikenal sebagai idiom kepemimpinan nasional bukan semata-mata hanya memimpin penataan pada lapangan politik semata, tetapi juga menata pilar ekonomi, kebudayaan, termasuk sains dan teknologi.

Pola rekrutmen kepemimpinan nasional melalui demokrasi liberal yang berlaku saat ini masih harus diuji efektivitasnya dalam melahirkan model kepemimpinan ideal, yakni model kepemimpinan gusti nyembah kawulo, atau pemimpin yang mengabdi kepada rakyatnya dan memiliki orientasi nilai kemanusiaan yang kuat.

Bagaimanapun, panggung kekuasaan (politik) bukan panggung yang sepi dari kepentingan pragmatis. Oleh sebab itu, kepemimpinan baru, kepemimpinan yang membentuk sejarah, membutuhkan upaya tersendiri untuk dapat mencapai panggung kekuasaan tersebut dan kemudian menjadikan kekuasaan yang ada sebagai sarana untuk mengubah nasib rakyat, mengubah sejarah, dan membangun sebuah peradaban baru.

Epilog

Gerakan Restorasi secara esensi adalah gerakan perubahan. Tidak hanya perubahan lahiriah, tapi juga batiniah. Tidak hanya materiel, tapi juga spiritual. Metode perubahannya pun dituntut ilmiah, saintifik, dan bersifat problem solver.

Gerakan Restorasi bukanlah gerakan yang gegap gempita di wilayah ritus dan perayaan semata, apalagi senyap di wilayah kebudayaan dan spiritual. Gerakan Restorasi harus mampu menjadi penyambung dua kutub waktu, waktu lampau dan masa depan. Perjuangannya diinisiasi pada masa kini, dengan mengelola kekuatan diri secara tepat. Sebagai sebuah gerakan yang bersifat kolektif, gerakan Restorasi juga harus visioner, menujum arah zaman, dan menjadi suluh bagi gerak maju bangsa. Dengan begitu, bangsa ini bukan lagi ‘bangsa kuli, dan bukan kuli di antara bangsa-bangsa’.

Cukup sudah bagi penjajahan, cukup sudah bagi otoritarianisme, cukup sudah miopi sejarah dan miopi masa depan. Selamat datang Indonesia baru sebagai resultan dari pembangunan kembali karakter dan bangsa (nation and character re-building).(MI/*)

]]>
https://partainasdem.id/2021/11/15/nation-and-character-re-building-watak-baru-gerakan-restorasi-indonesia/feed/ 0