a

Ketika Badai Seroja Membuntuti

Ketika Badai Seroja Membuntuti

Oleh Andreas Ambesa

Tenaga Ahli Wakil Ketua DPR RI

INILAH perjalanan pertama kali keluar kota yang mengesankan nan juga menegangkan. Mengesankan karena Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan alam yang indah dan eksotik. Menegangkan karena kunjungan ini dibayang-bayangi badai tropis yang melanda Provinsi NTT. 

Perjalanan yang dipimpin Wakil Ketua DPR RI/Koordinator Industri dan Pembangunan, Rachmad Gobel, disertai beberapa anggota DPR RI, pemimpin redaksi, serta staf ahli, dalam rangka kunjungan kerja untuk menghadiri panen raya padi yang diselenggarakan di Desa Tema Tana, Sumba Barat Daya, NTT. 

Rombongan berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Hari Minggu, 4 April 2021 menggunakan pesawat Batik Air pukul 06.00 WIB. Sejak awal keberangkatan dari Bandara Soetta, cuaca cerah dan lancar, tidak ada informasi apapun bahwa cuaca di Pulau Sumba, dan Provinsi NTT umumnya akan dilanda cuaca ekstrim. 

Setibanya di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pukul 08.50 Wita, kami hanya diberitahu bahwa perjalanan lanjutan menuju Bandara Umbu Mehang Kunda, Waingapu, Sumba Timur, ditunda sesaat karena sedang hujan lebat di sana. Dengan alasan jarak pandang di bandara tidak memungkinkan pesawat mendarat. Setelah tertunda satu jam lebih, pukul 10.15 Wita pesawat take off menuju bandara Waingapu dan tiba pukul 11.45 dengan selamat. 

Setibanya di Bandara Waingapu hingga sepanjang perjalanan menuju kediaman Bupati Sumba Timur, Kristofel A Praing di Lamba Napu, cuaca hanya hujan rintik-rintik. Tidak ada tanda-tanda bahwa Pulau Sumba akan dilanda badai tropis Seroja yang berkecepatan tinggi itu. 

Suasana pertemuan di kediaman bupati penuh dengan kehangatan dan kekeluargaan. Bupati dan penduduk sekitar menyambut kami penuh antusiasme karena menurut bupati, baru pertama kali kabupatennya dikunjungi pejabat tinggi dari Jakarta dan sangat menghargai kunjungan Rachmad Gobel dan rombongan. 

Dalam sambutannya, RG -demikian orang kerap menyapa Racmad Gobel- mengatakan, kunjungan ini merupakan kunjungan pertama kali ke Pulau Sumba dan kedua kali ke Provinsi NTT, setelah sebelumnya pada November 2019 berkunjung ke Kota Kupang. 

RG mengatakan, alam Sumba Timur yang indah dan subur itu memiliki potensi tinggi untuk dikelola, dikembangkan dan diperkuat. Menurut RG, sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan kelautan yang ada di Sumba Timur harus diprioritaskan dan menjadi produk unggulan di kabupaten itu. 

Seusai pertemuan yang diakhiri dengan makan siang, kami melanjutkan dengan kunjungan ke salah satu rumah tenun ikat yang berada tidak jauh dari kediaman bupati dan searah menuju hotel tempat penginapan kami. 

Hujan rintik, diselingi angin dingin yang berasal dari Samudera Hindia, di selatan NTT, yang berbatasan langsung dengan Australia itu membuat kunjungan ini semakin sejuk dengan pemandangan laut yang indah. 

Tapi memang terlihat sepanjang jalan yang kami lalui masih ditemui lumpur dan rembesan air laut yang mencapai jalan darat. Mulai dari rumah bupati, rumah tenun ikat hingga perjalanan menuju hotel, perjalanan lancar, tidak sedikitpun ditemui bahwa Sumba Timur baru saja dilanda badai tropis hingga memporak-porandakan wilayah tersebut. 

Setibanya di hotel dan persiapan makan malam, baru kami mengetahui bahwa badai Seroja baru saja melanda Provinsi NTT dan juga melintasi Pulau Sumba dengan menimbulkan banjir dan kerusakan rumah dan jalan yang cukup parah di Sumba Timur. Tentu saja seluruh anggota rombongan Jakarta yang dipimpin RG terkejut karena sepanjang perjalanan mulai dari bandara, kediaman bupati, rumah tenun ikat, hingga menuju hotel, tak sedikitpun kami mengalami hambatan atau terjebak badai dahsyat tersebut. 

Singkat cerita ternyata badai Seroja sudah melintasi wilayah Sumba Timur sejak pukul 13.15, selisih 1,5 jam setibanya kami di bandara pukul 11.45. 

Kabar yang kami terima, ternyata Bandara Waingapu terendam banjir cukup tinggi, dan ini pertama kali air masuk yang tentu saja membatalkan penerbangan dari dan ke kota Waingapu. Kabar lain yang cukup mengejutkan adalah jembatan Lamba Napu dekat kediaman bupati yang berseberangan dengan jalan yang dilalui rombongan hancur lebur terbawa terjangan air bendungan yang sangat deras. Oh my God! 

Tidak lama kemudian WA para anggota rombongan dan juga saya bersautan menerima informasi bertubi-tubi terkait badai tropis yang melanda NTT dan Sumba Timur. Telepon dan WA tak hentinya menanyakan kondisi kami masing-masing, baik dari keluarga dan sahabat. 

Saya sendiri meyakinkan kepada keluarga, bahwa saya dalam kondisi aman dan tidak mengalami sedikitpun peristiwa badai tersebut. Ini sangat mengejutkan keluarga dan sahabat, karena mereka membaca berita online dan menonton breaking news di stasiun televisi, badai tropis Seroja ini kekuatannya sangat besar. 

Beberapa saat kemudian, rekan-tekan di Sumba Timur mengirimkan beberapa video situasi terkini dan kerusakan yang terjadi. Terus terang saya kaget, karena video yang dikirimkan itu adalah wilayah yang kami lalui, temasuk bandara dan jembatan yang hancur tersebut. Thanks God! Engkau menyertai perjalanan kami hingga selamat sampai ke hotel dengan tidak kekurangan sedikitpun. 

Sebagai pimpinan rombongan, Rachmad Gobel segera mengambil inisiatif dan menghubungi langsung Gubernur NTT, Viktor B Laiskodat untuk koordinasi dampak dari bencana alam ini, akibat perubahan cuaca ekstrim yang melanda Provinsi NTT. 

Membaca pemberitaan kerusakan yang sangat parah dan korban jiwa yang cukup banyak, melalui pernyataan pers, RG mengajak semua pihak untuk bersimpati dan membantu korban bencana badai tropis yang melanda di NTT. Dia mendorong  Pemerintah Pusat, untuk segera menetapkan status bencana di NTT sebagai bencana nasional. Karena menurut RG, dampak bencana yang terjadi di NTT begitu dahsyat sehingga tidak bisa hanya ditangani skala kabupaten atau Provinsi NTT.

Senin, 05 April 2021 pagi, ketika kami akan melakukan kunjungan ke Sumba Tengah, protokol mengabarkan, perjalanan ditunda, menunggu pohon-pohon yang bertumbangan menghalangi jalan, disingkirkan. 

Akhirnya, setelah hampir dua jam menunggu, perjalanan kami mulai. Sepanjang jalan dengan pemandangan indah ini, masih terlihat pohon-pohon terbentang hingga tengah jalan, disertai hujan rintik-tintik, namun tidak mengganggu perjalanan kami. Alam Pulau Sumba sungguh mempesona dengan dikaruniai pemandangan bukit, laut, dan juga hutan yang lebat dan terjaga dengan baik. 

Menjelang panen raya padi, di Desa Tema Tana, Sumba Barat Daya, Senin sore, menurut laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrim di NTT masih berpeluang terjadi hingga Selasa 06 April 2021. Artinya ada peluang bahwa cuaca ekstrim akan terjadi di saat panen raya berlangsung. Tentunya ini membuat kami waswas dan panen raya tersebut terancam batal. Sebagai pimpinan rombongan, RG, meyakinkan seluruh anggota rombongan, bahwa kita serahkan semuanya atas kehendak Tuhan.

Jika sebelumnya ketika perjalanan dari kediaman Bupati Sumba Tengah menuju area panen raya padi di Sumba Barat Daya itu terlihat awan pekat kian menebal, namun semakin mendekati tempat acara tersebut, terlihat awan mulai membelah perlahan, dan nampak memunculkan sinar cerah yang tersembunyi menahan lajunya hujan. 

Alhamdulilah, Puji Tuhan, acara panen raya padi yang sebelumnya dikhawatirkan terhambat dengan cuaca, dapat terlaksana baik, berlangsung sukses dan berjalan lancar, tidak ada hambatan cuaca sama sekali.

Selasa pagi 06 April 2021, adalah hari terakhir kami di Pulau Sumba. Cuaca pagi hari di lokasi hotel kami menginap masih terlihat berawan. Kadang mendung, kemudian cerah. Ketika semua anggota rombongan sedang sarapan, pantai di depan hotel kami mulai tidak terlihat jelas. Hujan kemudian turun sangat lebat dengan suara gemuruh yang menyeramkan. 

Piring dan gelas terlempar. Kami mencoba mencari tempat perlindungan. Namun karena melihat pimpinan rombongan Rachmad Gobel tetap duduk tenang dan tidak terpengaruh dengan badai yang datang mendadak tersebut, membuat kamipun tidak beranjak mencari tempat perlindungan. 

"Kita menikmati saja badai ini, dan tidak akan berlangsung lama. Ini sisa-sisa badai yang melintasi Samudera Hindia menuju ke Australia. Tuhan pasti bersama kita," katanya. 

Benar saja. Badai tersebut tidak berlangsung lama, sekitar 15 menit, kemudian cuaca cerah. Pukul 10.00 Wita kami menuju bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya dan tiba pukul 11.30. 

Dengan hati sedikit waswas karena khawatir cuaca tiba-tiba berubah, pukul 13.00 pesawat Wings Air yang membawa rombongan kami take off menuju Denpasar, Bali. Perjalanan selama 1,5 jam itu, tiba dengan selamat di Bandara I Gusti Ngurah Rai pukul 14.30 Wita, dan langsung ganti pesawat dengan Batik Air, menuju bandara Soekarno-Hatta. 

Selama perjalanan dari Bandara Tambolaka hingga tiba di Bandara Soetta, pukul 16.30 WIB, semua berjalan lancar, penerbangan tidak mengalami gangguan berarti. Kami semua merasa lega. Perjalanan ini mendapat banyak pengalaman yang berarti, bahwa tanpa penyertaan Tuhan, semua tidak akan berarti. 

Semua acara di Sumba berlangsung lancar sesuai jadwal yang ditentukan. Dalam sambutan di acara panen raya padi, Wakil Ketua DPR RI, Rachmad Gobel, mengatakan Pulau Sumba dan seluruh wilayah di Provinsi NTT yang masih menjadi salah satu provinsi termiskin di Indonesia, harus menjadi lokomotif pergerakan ekonomi Indonesia Timur sehingga menopang ekonomi nasional. 

Dengan modal empat sumber alam strategis yang ada, pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan, Pulau Sumba dan Provinsi NTT dapat turut mewujudkan negara Indonesia menuju kedaulatan pangan. 

Kunjungan tiga hari di Pulau Sumba sungguh mengesankan sekaligus mendebarkan. Perjalanan ini dibayang-bayangi oleh badai tropis Seroja yang menyeramkan itu. 

Seandainya terlambat meninggalkan bandara,  seandainya terlambat melewat Jembatan Lamba Napu, apa yang terjadi pada kami…[*]  

07 April 2021.

Add Comment