Masih Minimalis, Harus Ada Gerakan Revolusi Mental
JAKARTA (15 November): Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Willy Aditya mengatakan revolusi mental harus diimplementasikan secara masif dan massal.
Hal itu dikatakan Willy merespon pidato Presiden Joko Widodo pada acara HUT ke-10 Partai NasDem di Kampus Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, Kamis (11/11). Jokowi menyebut bangsa Indonesia memiliki mental inferior, inlander, dan terjajah.
“Yang dilakukan Presiden dengan kesederhanaan dan tidak birokratisme harusnya menjadi kesadaran yang terinternalisasi. Presiden saja tidak feodal, masak pembantunya feodal. Itu contoh paling sederhana,” kata Willy dalam program Crosscheck by Medcom.id ‘Hapus Mental Inlander, Kita Bangsa Pemimpin’, Minggu (14/11).
Legislator NasDem itu menegaskan, Presiden Jokowi sudah mendekonstruksi jarak sehingga feodalisme tidak ada lagi. Selanjutnya tinggal bagaimana hal itu bisa diterapkan dalam pelayanan publik.
“Presiden itu kan contoh yang berjalan. Jadi para pembantunya tidak usah gagah-gagahan juga. Kita lihat, kalau ada pejabat turun (berkunjung) itu rombongan dayang-dayangnya begitu banyak. Realitas seperti itu harusnya terkoreksi,” ujarnya.
Presiden Jokowi, tambah Willy, punya sikap antifeodal dan memangkas birokrasi dalam menjalankan pemerintahan.
“Yang dilakukan Presiden Jokowi harus kita masifkan, harus kita massalkan, dan harus ada narasi terbangun,” tambah dia.
Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR itu mengatakan, implementasi program revolusi mental masih sangat minimalis dengan hanya seminar dan kuliah umum.
“Saya melihat revolusi mental masih minimalis sekali, hanya melalui seminar. Tidak bisa, harus melalui movement (gerakan). Soekarno melakukan itu dengan pergerakan revolusi jilid II, nation and character building, revolusi mental, dia kasih nama itu, national democratic revolution,” paparnya.
Willy juga mengkritisi pembangunan di Indonesia yang dinilai hanya fokus melakukan pembangunan fisik selama 76 tahun.
“Tidak ada proyek nation and character building yang kontinuitas terjadi. Pembangunan kita terlalu terkonsentrasi pada hal-hal fisik,” kata.
Legislator NasDem dari Dapil Jawa Timur XI (Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, dan Sampang) itu menyayangkan hal tersebut masih terjadi. Menurutnya, pembangunan karakter bangsa tidak boleh diabaikan.(medcom/*)