a

NasDem Dorong Regulasi Berbasis Riset untuk Dongkrak Investasi

NasDem Dorong Regulasi Berbasis Riset untuk Dongkrak Investasi

JAKARTA (25 April): Pemerintah diminta segera meningkatkan penerapan formulasi penyusunan kebijakan berbasis riset dan sains. Upaya itu diyakini akan menarik investasi jangka panjang dan berkelanjutan, serta perlu menjadi perhatian besar bertepatan dengan momen Presidensi G20 dan B20 pada 2022 ini.

“Riset itu sangat penting. Sebagai sebuah negara, indeks hasil riset Indonesia justru termasuk rendah. Produk-produk riset kita masih sangat rendah. Ini jadi tantangan kita semua,” ujar Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto dalam keterangannya, Senin (25/4).

Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencatat pada 2020, dalam empat tahun terakhir, total publikasi riset Indonesia sebanyak 161.928. Masih tertinggal dibandingkan dengan Malaysia yang memproduksi 173.471 publikasi riset pada kurun waktu yang sama.

Padahal, kata Legislator NasDem itu, riset dibutuhkan dalam banyak hal termasuk salah satunya regulasi dan kebijakan. Tujuannya agar bisa mendongkrak lebih banyak investasi yang mengandung pengetahuan baru dan penerapan teknologi.

“Idealnya kita tawarkan kepada investor internasional berdasarkan data hasil riset. Riset kan bukan hanya perpustakaan tapi bisa juga dalam bentuk eksplorasi. Itu kan sama saja ekonomi berbasis riset, untuk mendapatkan kepastian, perihal cadangan, skala ekonominya,” tandas Legislator NasDem dari Dapil Jawa Tengah VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas) itu.

Sugeng menambahkan, Indonesia berpotensi besar menerima banyak manfaat dari penerapan kebijakan berbasis riset dan sains. Antara lain terwujudnya ekosistem ekonomi yang lebih bersifat jangka panjang.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2021 menekankan pentingnya hal tersebut, bahwa investasi saja tanpa adanya inovasi yang berbasis riset dan sains akan riskan. Akan ada persoalan kesinambungan dan bahkan yang lebih serius adalah masuk ke dalam perangkap pendapatan menengah.

Atas dasar itu, menurut Sugeng, penting bagi Indonesia memperkuat kebijakan berbasis riset dan sains. Terlebih hasilnya sudah terlihat.

“Tercermin dari beberapa investasi baik yang sudah terealisasi maupun masih berupa komitmen yang sudah terjadi, dimana keputusan investasinya berbasis riset,” tambahnya.

Sugeng mencontohkan di industri tembakau, lahir pengembangan inovasi dan teknologi berupa produk tembakau alternatif yang bisa membantu perokok beralih kepada produk yang lebih rendah risiko.

Dengan berbasis riset dan sains, inovasi ini membuahkan investasi. Philip Morris International melalui afiliasinya yaitu PT HM Sampoerna Tbk pada akhir 2021 mengumumkan investasi sebesar US$166,1 juta atau setara Rp2,3 triliun untuk membangun fasilitas produksi produk tembakau. (medcom/*)

Add Comment