a

Perdamaian Rusia-Ukraina masih Jauh

Perdamaian Rusia-Ukraina masih Jauh

JAKARTA (25 Mei): Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan menilai perdamaian antara Rusia dan Ukraina masih jauh. Hal itu karena Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky masih memiliki syarat yang tidak bisa dipenuhi Rusia.

“Apakah prospek perdamaian Rusia-Ukraina ada? Masih jauh sekali. Presiden Zelensky masih memiliki syarat yang tidak mungkin dipenuhi (Rusia),” kata Farhan dalam Forum Diskusi Denpasar 12 dengan tema ‘Menuju Perdamaian Rusia-Ukraina’, secara virtual, Rabu (25/5).

Farhan mengatakan, syarat dari Zelensky untuk perdamaian ialah ingin duduk dan bernegosiasi langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

“Padahal Putin mengatakan hanya mau bertemu dengan Zelensky apabila ia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat,” imbuh Farhan.

Legislator NasDem itu mengatakan sanksi ekonomi dari berbagai negara dunia kepada Rusia tidak membuat gentar Presiden Putin untuk terus melancarkan serangannya ke Ukraina.

“Putin mengatakan, ekonomi Rusia mampu menahan dampak sanksi. Walaupun prospek ekonominya suram menurut laporan lembaga-lembaga dunia, tetapi Rusia adalah negara raksasa. Mereka memiliki cadangan sumberdaya khusus yang membuat mereka swasembada terhadap energi dan pangan,” jelasnya.

Bahkan, Rusia kini menguasai beberapa titik strategis bagi ekonomi Ukraina. Salah satunya ialah Pelabuhan Odessa yang menjadi pintu ekspor bagi Ukraina.

“Itu sebabnya, dalam World Economic Forum, Presiden Ukraina meminta bantuan bukan hanya tentara, namun membantu Ukraina lepas dari blokade ekonomi yang dilakukan Rusia,” ujarnya.

Menurut Farhan, blokade ekonomi Rusia kepada Ukraina dampaknya jauh lebih besar dibanding sanksi ekonomi dunia terhadap Rusia.

“Ancaman terbesar bagi Ukraina bukan hanya serangan militer Rusia, tapi juga kelaparan,” imbuh Farhan.

Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi) itu menambahkan, kemungkinan jalur perdamaiam Rusia-Ukraina di KTT G20 di Bali November mendatang, akan sulit terealisasi.

“Faktanya, Zelensky tidak mungkin meninggalkan negaranya dalam keadaan perang.  Dia hanya bisa ke Bali apabila perdamaian sudah resmi disetujui. Karena begitu pesawatnya lepas landas, masuk wilayah internasional sudah pasti terancam,” tambahnya.

Presiden Rusia, tambah Farhan, sejauh ini juga belum dipastikan akan menghadiri KTT G20 Bali. Hingga kini, kantor kepresidenan Rusia belum menandatangani protokoler dan keamanan Presiden Putin untuk ke G20.

“Artinya Putin dan Zelensky bisa bertemu di Bali jika dokumen perdamaian sudah ditandatangani sebelum G20,” tambahnya.

Farhan pun berpandangan, Indonesia harus condong ke salah satu pihak demi perdamaian dunia. Jika Indonesia tetap netral maka kondisinya status quo.(Dis/*)

Add Comment